Site icon mind.donnyreza.net

Guitar Player

Saya sedang merindukan bermain gitar. Terutama di waktu-waktu sedang sering menyendiri seperti sekarang. Setidaknya sudah hampir 4 tahun saya tidak benar-benar bermain gitar lagi. Pernah beberapa kali memegang gitar lagi, tapi tidak lama. Nyaris lupa dengan lagu-lagu yang pernah saya mainkan sejak SMP sampai awal-awal kuliah.

Saya pernah bermimpi menjadi seorang musisi. Tidak banyak yang tahu bahwa alasan saya memilih kuliah di Bandung sesungguhnya adalah untuk menjadi seorang musisi. Namun, justru setelah di Bandung, keinginan saya itu mulai terkikis. Saya merasa, dunia glamor, dunia panggung atau dunia hiburan, bukan dunia saya. Ada perasaan ketidaknyamanan dalam hati yang membuat saya memilih untuk tidak melanjutkan cita-cita tersebut.

Saya mulai bermain gitar sejak kelas 1 SMP. Alasan saya ingin belajar gitar karena rasanya cool dan macho kalau melihat para pemain gitar. Dan … sepertinya menyenangkan dikelilingi perempuan ketika bermain gitar. Saya tahu rasanya dan … memang menyenangkan. :setan1: Itu, duluuuu. Namun, sesungguhnya saya merasa nyaman saja ketika dalam suasana hati seperti apa pun bisa melampiaskannya melalui gitar. Ada yang bilang, saya terlihat lebih tampan dan tampak melankolis kalau sedang bermain gitar. (Huehehe, anda boleh muntah …!!)

Adalah sahabat-sahabat saya di SMP yang mengajari saya bermain gitar. Lagu pertama yang saya mainkan dengan lancar adalah “Kuberkhayal” dari Five Minutes yang waktu itu kemana-mana memakai sarung. Menyusul kemudian lagu “Kemesraan” dari Iwan Fals. Dari pergaulan dengan sahabat-sahabat saya, kemudian menyusul berbagai macam lagu lainnya yang bisa saya mainkan. Jadi, saya belajar secara otodidak.

Ketika SMA saya mulai membentuk Band dengan teman-teman sekelas. Namun, selama 3 tahun, hanya tiga kali naik panggung. Kelas 1 sekali, kelas 2 sekali dan kelas 3 sekali … alias setahun sekali. Pernah bergabung dengan beberapa band, dari yang paling hancur sampai yang sedikit lebih baik dari pada yang paling hancur 😀 . Dari yang pop-melankolis sampai yang nge-rock abis. Herdyan pernah latihan juga dengan saya. Ketika perpisahan kelas 3, saya jadi gitaris untuk membawakan 3 buah lagu dari Helloween, band rock asal Jerman. Saat itu saya sepanggung dengan Funky Kopral formasi awal, dimana Bondan Prakoso dan Onci “Ungu” masih tergabung didalamnya.

Saking tergila-gilanya ingin menjadi musisi, saya kemudian berlangganan tabloid musik. Saat itu ada Mumu (Muda Musika), tabloid musik yang terbit seminggu sekali. Saya pelajari tips-tips yang ada di tabloid tersebut. Jadilah saya orang yang agak melek soal musik saat itu.

Saat SMA Kelas 3, biasanya tiap kelas memiliki nama. Saya masuk ke kelas 3 IPA 3, yang diberi nama Xtreme (eXacta Three Milenium). Kebetulan saya bisa memainkan lagu “More Than Words” dari Extreme. Jadilah lagu tersebut sebagai lagu “kebangsaan” kelas tersebut dan termasuk lagu yang paling sering dinyanyikan bersama-sama. Sekarang, saya sudah lupa sama sekali dengan chord lagu tersebut.

Gitaris favorit saya adalah Dewa Budjana dan Pay, sementara gitaris luar negeri saya tergila-gila dengan permainan gitar John Petrucci. Sempat juga terpengaruh oleh Paul Gilbert dan Nuno Bettencourt. Saya sangat menyukai lagu instrumental bertajuk “Wanita” dan “Selamat Tidur … Sayang!” dari Budjana, serta “Lost Without You” dari John Petrucci. Beberapa bagian solo gitar John Petrucci di beberapa lagu Dream Theater dan Liquid Tension Experiment sampai membuat saya terkagum-kagum. Namun, sesungguhnya saya sangat ingin sekali bermain gitar seperti Naudo. Gitaris Spanyol kelahiran Brazil yang sudah bermain gitar sejak berumur 5 tahun.

Ketika mendengarkan musik, sesungguhnya bukan hanya gitar saja yang menjadi perhatian saya. Bass dan ketukan Drum serta permainan Keyboard atau Piano -jika ada- juga sering saya perhatikan. Saya sangat menyukai gaya permainan drum Ronald ketika masih tergabung di GIGI, terutama di album 3/4.

Pada dasarnya, saya menyukai segala jenis musik. Dari musik sunda sampai rock cadas. Akan tetapi, lagu-lagu yang saya suka adalah yang melodius dan tidak membosankan. Apa pun jenis musiknya. Terutama jika lagu tersebut agak menonjolkan kemampuan musisinya. Terlebih jika unsur gitarnya menonjol, terutama gitar akustik. Beberapa contoh lagu adalah “Have You Ever Really Loved a Woman” dari Bryan Adams, “Merepih Alam” versi Audy, “Khayalku” versi Chrisye dan Nicky Astria serta “The Spirit Carries On” dari Dream Theater. Entah mengapa, rasanya sulit sekali mendapati lagu-lagu Indonesia sekarang yang seperti itu.

Arrrggghhhh, sepertinya saya harus beli gitar lagi…

Bandung, 22 Juni 2008. 01.00

Daftar Gambar:

loading...
Exit mobile version