Site icon mind.donnyreza.net

Pada Suatu Pernikahan

Sudah terlambat 5 menit dari jadwal akad yang tersebar melalui undangan.  Penghulu sekaligus petugas KUA sudah menunggu, tetangga, kerabat, sahabat dan keluarga sudah hadir di dalam sebuah masjid.  Demi menyaksikan proses akad yang sakral tersebut.  Pengantin wanita didampingi ibunya sudah menunggu, resah.  Pengantin pria dan keluarganya belum juga tiba.   Tidak kalah kesalnya beberapa orang yang ditugaskan sebagai tim penyambut pengantin pria dan keluarganya.

Masuk menit ke-10 dari jadwal yang direncanakan berlangsungnya akad.  Batang hidung pengantin pria belum juga kelihatan.  Sementara orang-orang di dalam masjid sudah mulai gelisah.  Sesekali melihat keluar pintu, berharap mendapati pengantin pria di sana.  Namun, harapan tinggal harapan.  Dalam situasi seperti itu, sangat mudah timbul bermacam-macam rumor.  “Jangan-jangan pengantin prianya kabur“, “Jangan-jangan pengantin pria ketahuan istri pertamanya” dan berbagai macam “jangan-jangan” yang lainnya.

Bukan hanya sekali dua kali pihak panitia menghubungi pihak pengantin pria, sudah berkali-kali.  Akan tetapi, tidak ada jawaban.  Memang terdengar nada sambung, tapi tidak ada yang menerima diseberang telpon sana.  Sementara penghulu sudah mulai mengeluarkan ancamannya.  Dia akan meninggalkan acara jika dalam 15 menit ke depan pengantin pria masih belum tiba juga.  Maklum, hari itu sang penghulu menerima orderan menikahkan pasangan lebih banyak daripada biasanya.

Mendengar berbagai macam rumor tersebut, ditambah ancaman dari sang penghulu, membuat hati pengantin wanita menjadi sangat sedih.  Jika saja sendiri, ia akan menangis.  Sementara ibunda tercinta berkali-kali memanjatkan do’a dan ber-istighfar, sambil sesekali memeluk anak tercintanya, berupaya menyunggingkan sebuah senyum.  Berhasil.  Pengantin wanita ikut tersenyum, meski gelisah tak tertanggungkan.  Sementara sang ayah berusaha untuk tetap tenang dan mencoba menguasai situasi yang menegangkan tersebut.

Sementara itu, sekitar 500 meter dari lokasi akad nikah…

Pak, belok pak, kita muter lagi … “, pinta seorang laki-laki dengan pakaian pengantin kepada pria lebih tua yang mengendalikan mobil yang ditumpanginya.  Cukup tua untuk menjadi seorang kakek.

Duh, kamu …!! Ini sudah yang kelima kali kita muter-muter di sini.  Kasihan kan, orang-orang sudah menunggu.  Sebenarnya, kamu niat nikah nggak sih? Lagipula, malu kita dilihatin sama orang-orang sekitar sini.  Muter-muter nggak jelas, rombongan pula!!  Apa kata dunia?!” hardik sang ‘kakek’.

Iya, Pak.  Maaf.  Habis saya grogi banget sih, sekali lagi aja ya muternya?“, pinta  sang laki-laki lagi dengan wajah memelas.

Dan …

Hari itu berakhir bahagia bagi pengantin pria dan wanita.

:daah:

NB: Itu salah satu pikiran yang muncul di kepala saya kalau menghadiri akad nikah yang pengantin prianya terlambat nikah.  Heuheuheu.  :setan1:

loading...
Exit mobile version